Pagi tadi, dengan berkendara motor, berangkatlah kami bertiga, aq, ibu, andra, menuju Pasar Bekasi.
Terakhir kali visit ampe ngubek-ngubek dalem Pasar Bekasi di medio 2004, well, walaupun gw tinggal di bekasi, gak terlalu banyaklah kepentingan ato urusan keseharian gw yang harus nuntut sampe harus ke Pasar Bekasi.
Tapi, enam tahun ternyata waktu berjalan lambat di pasar ini, masih tetep becek, lalu lintas semrawut, pedagang juga semaunya naroh dagangannya. Intinya, gak ada perubahan signifikan yang bisa dilihat di Pasar terbesar di Kota Bekasi ini. Malah, jalanan yang tadinya lebarnya mungkin sekitar 8-10 meteran sekarang sudah menciut tersisa cuma pas buat lewat motor atau becak doang.
Mau parkir kendaraan saja, lo kudu taroh di penyedia jasa penitipan motor yang ada di pinggiran pasar, kalo gak ada ni tempat penitipan motor, yakin, gw tadi pagi pasti bakalan langsung cabut balik pulang ke rumah lagi.
Jangan pernah kepikiran buat ngeliat sistem klusterisasi items seperti di Supermarket ato Hypermarket modern, gak ada sistem pengelompokkan pedagang, semua serba semrawut. Lo bisa liat penjual sayuran di deket deretan penjual daging, ato lo bisa nemuin penjual makanan di deket kios pedagang plastik dan lainnya.
Yah...kalo kondisi pasar tradisional kita macam begini semua, gak usak aneh juga kalo bakalan ditinggal para pembeli ato dilibas jaringan market yang modern, jauh...kemane-mane. Pedagang kecil gak ada yang bela.
Andra baru masuk ke dalem kios-kios udah tutup hidung n mulut pake tangannya. Ditanya sama Ibunya, "kenapa Ndra ?", jawab Andra, "Aku mual bu, pusing, ama baunya". Nah..."Cepetan bu belanjanya, aq gak tahan nih", desak Andra.
Melihat fenomena seperti ini, gw yakin ini terjadi di banyak pasar tradisional yang bertebaran di seantero nusantara, tidak semuanya begitu memang, tapi, yakin, mayoritas kondisi manajerial pengelolaan pasar tradisional seperti itu semua.
Zaman berubah cepat, pembeli sekarang lebih rewel, cerewet, minta pelayanan maksimum, dengan tuntutan kalo bisa membayar minimum.
Adakah evaluasi yang kontinue dari para penyelenggara negara, dari salah satu jenis pelayanan publik, seperti Pasar Tradisional ini misalnya ? Hanya tuhan yang tahu mungkin.
Salam,
Widdi
Minggu, Februari 27, 2011
Kamis, Januari 20, 2011
Racun Fitnah
Pernahkah anda terkena racun fitnah dalam perjalanan hidup selama ini ? Semoga tidak pernah.
Idiom bahwa “Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan” boleh jadi benar adanya. Mengapa ? Karena fitnah itu mempunyai “kekuatan” mengakhiri “hidup” seseorang, ya, bisa menghancurkan mata pencaharian, memutus hubungan persaudaraan, memenggal ikatan pertemanan dan lainnya.
Motivasi awal dari fitnah biasanya muncul dari iri hati, terhadap prestasi seseorang. Atau bisa juga, demi mencari-cari kesalahan orang lain.
Pelaku fitnah, bisa dari teman kerja, keluarga, tetangga atau malah mungkin orang yang tidak dikenal sama sekali. Bisa jadi, kurang gawean, kurang ilmu, lemah hati, lemah jiwa, lemah syaraf atau mungkin lemah syahwat.
Yah...kalo kurang gawean, carilah aktifitas lain yang lebih produktif, yang kurang ilmu, bisa memperbanyak baca buku. Lemah hati, rutinitas sedekah bisa membantu, hitung-hitung tambah amal, sekaligus mengasah empati serta simpati terhadap sesama. Untuk yang lemah jiwa, bisa menambah jam ibadahnya, mungkin isi kepala jadi ikut lurus. Buat yang lemah syaraf, harus banyak berdoa kali ya, mungkin waktu di dunia sebentar lagi berakhir. Nah....yang lemah syahwat, rajin-rajinlah olahraga, mungkin ada kesempatan bisa sembuh.
Anggaplah si mahluk fitnah ini anda hitung sebagai lucu-lucuan aja, karena anda harus kasihan buat si penyebar, mereka pasti gak punya teman, rejeki seret, doa gak dikabul-kabulin.
Trus, kalo anda kena fitnah, apa yang anda lakukan ? Balas lagi dengan fitnahkah ? Gak perlu lah, kalo anda kerjakan itu, artinya anda gak lebih baik dari si pelaku fitnah. Karena aktifitas fitnah, dekat dengan si Iblis, nah...anda gak maukan berteman dengan Iblis juga. Saran gue sih, anda doain aja yang “baik-baik” buat si pelaku. Semoga mereka bisa berubah, kalo kagak, anda bisa percaya, katanya, doa orang yang dizalimi lebih manjur.
Salam,
Widdi
Idiom bahwa “Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan” boleh jadi benar adanya. Mengapa ? Karena fitnah itu mempunyai “kekuatan” mengakhiri “hidup” seseorang, ya, bisa menghancurkan mata pencaharian, memutus hubungan persaudaraan, memenggal ikatan pertemanan dan lainnya.
Motivasi awal dari fitnah biasanya muncul dari iri hati, terhadap prestasi seseorang. Atau bisa juga, demi mencari-cari kesalahan orang lain.
Pelaku fitnah, bisa dari teman kerja, keluarga, tetangga atau malah mungkin orang yang tidak dikenal sama sekali. Bisa jadi, kurang gawean, kurang ilmu, lemah hati, lemah jiwa, lemah syaraf atau mungkin lemah syahwat.
Yah...kalo kurang gawean, carilah aktifitas lain yang lebih produktif, yang kurang ilmu, bisa memperbanyak baca buku. Lemah hati, rutinitas sedekah bisa membantu, hitung-hitung tambah amal, sekaligus mengasah empati serta simpati terhadap sesama. Untuk yang lemah jiwa, bisa menambah jam ibadahnya, mungkin isi kepala jadi ikut lurus. Buat yang lemah syaraf, harus banyak berdoa kali ya, mungkin waktu di dunia sebentar lagi berakhir. Nah....yang lemah syahwat, rajin-rajinlah olahraga, mungkin ada kesempatan bisa sembuh.
Anggaplah si mahluk fitnah ini anda hitung sebagai lucu-lucuan aja, karena anda harus kasihan buat si penyebar, mereka pasti gak punya teman, rejeki seret, doa gak dikabul-kabulin.
Trus, kalo anda kena fitnah, apa yang anda lakukan ? Balas lagi dengan fitnahkah ? Gak perlu lah, kalo anda kerjakan itu, artinya anda gak lebih baik dari si pelaku fitnah. Karena aktifitas fitnah, dekat dengan si Iblis, nah...anda gak maukan berteman dengan Iblis juga. Saran gue sih, anda doain aja yang “baik-baik” buat si pelaku. Semoga mereka bisa berubah, kalo kagak, anda bisa percaya, katanya, doa orang yang dizalimi lebih manjur.
Salam,
Widdi
Jumat, Januari 07, 2011
Kamis, Januari 06, 2011
Apa artinya ?
Demi menjawab keingintahuan banyak orang perihal nama andra yang dibelakangnya tertera “Kundera”, okelah, aku coba pertanggungjawabkan alasannya disini, he...he....
Nama “kundera” itu memang tidak umum, bukannya cuma kepengen beda atau tidak pasaran, semata-mata bukan itulah latar belakangnya.
Sebenarnya “Kundera” itu adalah sebuah singkatan. Kok begitu ? Ya, maklum aku senang berteka-teki. Misterius sedikit boleh dong.
Asal kata “Kundera” merupakan gabungan beberapa kata, yang kalo dipisah-pisah, akan begini jadinya.
Ketika Usaha Nyata Dibalas dEngan Rahmat Allah.
Ah, itu sih cuma gothak gathuk mathuk, istilah wong jowo.
Well...setiap orang berbeda, dan punya penilaian yang berbeda juga, silahkan saja.
Tapi, sebuah nama adalah juga sebuah doa, pengharapan orangtua untuk si anak.
Aku memutuskan Andra diberi nama itu, dengan maksud, bahwa anak ini harus memiliki jiwa serta semangat “Progressive Revolutioner”, pekerja keras, pantang menyerah, berusaha konkret / nyata pada semua hal. Gusti ora sare, tuhan tidak tidur, yakinlah, moso ada hambanya yang mau bekerja nyata, lalu tidak diberi sedikitpun rahmat-Nya. Gak mungkin kan ?
Kalo kemudian ada juga yang menghubungkan nama Kundera pada seorang penulis berkebangsaan Ceko, Milan Kundera, ya ini boleh juga lah. Inspirasi bisa datang dari mana sajakan ?
So, begitulah alasan singkat latar belakang nama kundera, semoga doa dan pengharapan ini, atau apapun namanya itu, bisa menjadi sebuah hasil nyata seiring dengan usaha yang konkret pula. Tanpa itu, semua hanya bakal semu, dan kehilangan makna.
Salam hangat,
Widdi
Nama “kundera” itu memang tidak umum, bukannya cuma kepengen beda atau tidak pasaran, semata-mata bukan itulah latar belakangnya.
Sebenarnya “Kundera” itu adalah sebuah singkatan. Kok begitu ? Ya, maklum aku senang berteka-teki. Misterius sedikit boleh dong.
Asal kata “Kundera” merupakan gabungan beberapa kata, yang kalo dipisah-pisah, akan begini jadinya.
Ketika Usaha Nyata Dibalas dEngan Rahmat Allah.
Ah, itu sih cuma gothak gathuk mathuk, istilah wong jowo.
Well...setiap orang berbeda, dan punya penilaian yang berbeda juga, silahkan saja.
Tapi, sebuah nama adalah juga sebuah doa, pengharapan orangtua untuk si anak.
Aku memutuskan Andra diberi nama itu, dengan maksud, bahwa anak ini harus memiliki jiwa serta semangat “Progressive Revolutioner”, pekerja keras, pantang menyerah, berusaha konkret / nyata pada semua hal. Gusti ora sare, tuhan tidak tidur, yakinlah, moso ada hambanya yang mau bekerja nyata, lalu tidak diberi sedikitpun rahmat-Nya. Gak mungkin kan ?
Kalo kemudian ada juga yang menghubungkan nama Kundera pada seorang penulis berkebangsaan Ceko, Milan Kundera, ya ini boleh juga lah. Inspirasi bisa datang dari mana sajakan ?
So, begitulah alasan singkat latar belakang nama kundera, semoga doa dan pengharapan ini, atau apapun namanya itu, bisa menjadi sebuah hasil nyata seiring dengan usaha yang konkret pula. Tanpa itu, semua hanya bakal semu, dan kehilangan makna.
Salam hangat,
Widdi
Rabu, Januari 05, 2011
Fase Kedua
Lima tahun sudah AP sebagai institusi bisnis mengarungi “dunia persilatan” yang dipenuhi para jawara pilih tanding.
Rentang masa, ketika pilihan hidup masing-masing personel benar-benar harus berbenturan dengan banyak kepentingan.
Sebuah komitmen teguh akan kerja keras serta kepercayaan akan potensi masing-masing individu sedikit banyak membungkam “suara-suara minor” di awal perjalanan panjang ini.
“Ah...paling hanya bertahan 3 bulan”
“Modal lo apa, dana aja masih ngemis kanan kiri”
Hanya sebagian kecil contoh, hambatan-hambatan yang menurut kami, tidak penting itu.
Karena yang terpenting bagi kami, AP menjadi sebuah wahana pembuktian diri akan sebuah semangat pantang menyerah, sebuah laboratorium pengujian akan ramainya teori-teori bisnis yang diperoleh dibangku sekolah formal, sebuah wahana berdebat, berselisih pendapat namun semua demi kebaikan AP itu sendiri.
Jelas sudah, dukungan dari lingkar terdekat masing-masing personel menjadi kunci penting eksistensi kami ini, tak ada yang lain.
Saat kami tersungkur, jatuh berdebam, berarti kami sedang diajarkan oleh Sang Pemilik Hidup untuk belajar bangkit. Aku percaya itu.
Tahun 2011 masehi ini, AP masuk pada fase kedua “kehidupannya”, sebuah fase yang kami jabarkan, sebagai masuknya “Periode Kedewasaan”.
Dewasa berpikir, dewasa pula bertindak, mengambil keputusan penting dengan cepat namun tetap hati-hati dan waspada, gak mudah lho, untuk bisa terbiasa seperti ini. Bukan apa, fakta bahwa AP pun pernah tersungkur, ditipu rekan bisnis, jelas, sedikit banyak meniup angin trauma, tapi, hidup kudu jalan terus, tidak bisa hanya satu peristiwa harus menghentikan seluruh rangkaian kehidupan.
Secara pribadi, aku mengucapkan rasa terima kasih yang luar biasa besar, kepada para pak bro, yang memberikan kepercayaan yang demikian kuat, bahwa layaknya sebuah pernikahan, harus siap masa duka dan suka, tak ada juga hal-hal yang disembunyikan, transparan, apa adanya.
Selamat masuk pada 5 tahun kedua, semoga kebaikan selalu beriringan dengan langkah kita. Amien.
Salam hangat,
Widdi
Rentang masa, ketika pilihan hidup masing-masing personel benar-benar harus berbenturan dengan banyak kepentingan.
Sebuah komitmen teguh akan kerja keras serta kepercayaan akan potensi masing-masing individu sedikit banyak membungkam “suara-suara minor” di awal perjalanan panjang ini.
“Ah...paling hanya bertahan 3 bulan”
“Modal lo apa, dana aja masih ngemis kanan kiri”
Hanya sebagian kecil contoh, hambatan-hambatan yang menurut kami, tidak penting itu.
Karena yang terpenting bagi kami, AP menjadi sebuah wahana pembuktian diri akan sebuah semangat pantang menyerah, sebuah laboratorium pengujian akan ramainya teori-teori bisnis yang diperoleh dibangku sekolah formal, sebuah wahana berdebat, berselisih pendapat namun semua demi kebaikan AP itu sendiri.
Jelas sudah, dukungan dari lingkar terdekat masing-masing personel menjadi kunci penting eksistensi kami ini, tak ada yang lain.
Saat kami tersungkur, jatuh berdebam, berarti kami sedang diajarkan oleh Sang Pemilik Hidup untuk belajar bangkit. Aku percaya itu.
Tahun 2011 masehi ini, AP masuk pada fase kedua “kehidupannya”, sebuah fase yang kami jabarkan, sebagai masuknya “Periode Kedewasaan”.
Dewasa berpikir, dewasa pula bertindak, mengambil keputusan penting dengan cepat namun tetap hati-hati dan waspada, gak mudah lho, untuk bisa terbiasa seperti ini. Bukan apa, fakta bahwa AP pun pernah tersungkur, ditipu rekan bisnis, jelas, sedikit banyak meniup angin trauma, tapi, hidup kudu jalan terus, tidak bisa hanya satu peristiwa harus menghentikan seluruh rangkaian kehidupan.
Secara pribadi, aku mengucapkan rasa terima kasih yang luar biasa besar, kepada para pak bro, yang memberikan kepercayaan yang demikian kuat, bahwa layaknya sebuah pernikahan, harus siap masa duka dan suka, tak ada juga hal-hal yang disembunyikan, transparan, apa adanya.
Selamat masuk pada 5 tahun kedua, semoga kebaikan selalu beriringan dengan langkah kita. Amien.
Salam hangat,
Widdi
Langganan:
Komentar (Atom)