Andra, anakku, sedang merajuk kepada Ibunya.
Hari itu, my love, lupa membawa oleh-oleh seperti yang dijanjikan sebelumnya.
Anakku, tak kalah sengit untuk menagih. "Mana bu, oleh-olehnya ? Ndak bawa ya"
"Ibu lupa sayang, besok ya, Ibu bawain oleh-olehnya". Andra mengangguk, tanda setuju.
Tapi, jangan pernah lupa untuk kedua kalinya, Andra, pasti bakal mengejar terus. Kalau sudah mentok, pasti bisa merengek lalu menangis.
Contoh lain, Andra (dan mungkin anak lainnya), memiliki daya ingat dan daya serap, yang luar biasa, untuk anak seumur dia.
Suatu saat, pertengahan tahun ini, saat Ibunya cuti, Andra berikut kakek, nenek, pakde & budenya, plesiran ke Kebumen (Jateng). Hanya butuh waktu beberapa hari, buat Andra, untuk bisa menyerap bahasa percakapan sehari-hari disana. Siapapun yang mendengarnya, dijamin bakal tertawa, tak terkecuali aku, saat Ibunya bercerita.
Belum lagi, daya ingat dia, akan lagu pop, yang banjir di TV. Cukup mendengarkan sekali, langsung bisa melafalkan ulang, reff lagu tersebut.
Dan banyak kebiasaan lain, yang bikin aku sebagai orangtuanya tercengang.
Padahal aku, dari dulu berkeyakinan, "setiap anak yang dilahirkan ke dunia, pasti cerdas, karena Tuhan tak pernah pilih kasih". Disatu sisi kita lemah, di sisi lain kita punya potensi untuk bangkit.
Ini masalah daya ingat. Satu pelajaran penting, jangan pernah menjanjikan sesuatu, apapun itu, kepada seseorang, kalau kita belum sanggup untuk memenuhinya.
Saat ini, aku sedang belajar dari Anakku, berusaha menepati setiap janjiku, tidak melulu berpikir dan bertindak atas dasar kepentingan thok.
Andra sangat pintar akan hal ini, mudah bersosialisasi dengan teman barunya, cepat akrab, lalu masuk ritme permainan teman-temannya. Mungkin karena Andra, tidak punya interest atau prasangka buruk apapun terhadap teman barunya, sehingga dia dapat dengan mudah bekerjasama dan bisa bermain dengan riang.
Hal yang malah tidak mudah dilakukan para pria & wanita dewasa (termasuk aku), niat awal bersosialisasinya sudah berbeda. Mesti ada interest, ada hitungan untung rugi.
Belum lagi, menyimak apa yang terjadi dengan Indonesia-ku. Gempa menghantam, Tsunami menerjang, Banjir menghadang, Penyakit aneh bermunculan.
Apa yang terjadi dengan Indonesia-ku, mungkin karena memori bangsaku sempit, jadi mudah lupa, kesalahan yang sama diulang terus menerus atau mungkin, persis seperti yang dilagukan oleh Ebiet G. Ade, "mungkin Tuhan, sudah bosan dengan kita". Semoga tidak.
Salam,
Widdi
Dalam kegelisahanku, terpikir untuk menuliskan ini, saat jam 00.45 WIBB (Waktu Indonesia Bagian Bekasi)