Kamis, Januari 29, 2009

Sesuatu Dari Masa Lalu

Hi Kawan,

Benar apa yang disampaikan oleh salah satu teman baik saya beberapa tahun lalu, "untuk seseorang yang pernah bergumul dan masuk dalam pusaran ranah politik atau paling tidak pernah jadi seorang aktivis, panggilan idealisme itu pasti akan selalu datang, dipaksa untuk menjauh juga tak akan bisa", jika harus dibuang, itu sama saja menegasikan sebagian dari tubuhmu, mengamputasi isi benakmu, dan menjadikan dirimu, secara total apatis, terhadap kemungkinan datangnya perubahan"

Fren, kamu banyak benarnya. Gila............., padahal aku sudah menghindar sedapat mungkin tidak membaca atau menonton acara sirkus politik di koran atau TV, nyatanya memang tidak bisa kabur dari realitas.

Kamu mungkin masih ingat, saat perdebatan dulu, harus tetap dijalan atau balik ke kampus, ternyata pilihan kita tepat ya, disaat gelombang mayoritas tetap eksis dijalan, kita balik ke kampus, artinya bisa balik nulis, artinya bisa balik menjadi seseorang yang bisa bermanfaat. Walaupun pada akhirnya "Manhaj Al Fikr" juga harus kandas, karena setelah lulus masing-masing punggawa sibuk dengan pilihan-pilihan pribadinya, tapi tak apalah, menurutku “Manhaj Al Fikr” sebagai wahana pendewasaan berpikir dan betindak sudah berhasil memancangkan ambisinya.

Walaupun jika kita reuni ulang, wacana penghidupan “Manhaj Al Fikr” tetap menjadi prioritas, tapi untuk saat ini, jalan sejarah kita belum menuntun untuk kesana.

Qon, Zul, Gus, Zi, ingat pada janji kita dahulu, “Sampai ketemu pada persimpangan arah vertikal, tidak hanya eksis pada pergerakan horizontal”

Semoga ada garis tangan kita pada persimpangan vertikal.

Salam Hangat,

Widdi

Rabu, Januari 14, 2009

Entah kenapa ???

Hi Kawan,

Entah kenapa, Andra suka banget dengerin lagu ini.

"PEARL JAM : LAST KISS"

Dengerin bareng-bareng yuk... Mungkin karena di awal, ada kata seperti, "owe....owe..." mungkin dianggapnya, suara bayi.

Salam,
Widdi

Memori Semesta 2

Hi Kawan,

Masih ingatkah kamu, siapa orang yang pertama kali memperkenalkan kamu kepada, buku, lagu/musik, film, kegilaan akan olahraga, atau mensyukuri indahnya langit bebas atau betapa asyiknya naik bis umum ? dan beribu kebiasaaan positif lainnya ? Yang pada akhirnya, membentuk kepribadian serta karakter dirimu yang special ?

Jika aku yang ditanya, wow…. Aku harus melompati cakrawala waktu puluhan tahun kebelakang.

Buku

Mungkin kebiasaaan membacaku, tumbuh dari kondisi beruntungnya aku, lahir dalam sebuah keluarga besar, yang sedari awal menghargai arti penting sebuah buku / majalah / Koran.

Mbah kakungku, memiliki banyak stok buku yang setiap saat bisa diakses siapapun, kapanpun, dari sinilah aku bisa mengenal banyak sosok besar Islam, maklumlah diperpustakaan “si embah” buku kategori agama dan sejenisnya, yang menjadi mayoritas.
Sedangkan Papa, doi mah…pecinta buku silat totok. “Naga Sasra Sabuk Inten”, “Api di Bukit Menoreh”, Cuma salah satu koleksinya. Walaupun saat ini, buku-buku ini, entah hilang kemana. Tidak sempat aku selamatkan.

Lagu / Musik

Well….ini yang asyik, pengaruh arus musik yang mampir ketelingaku begitu beragam. Mulai jaman Pakde, Paklik, Buklik, terentang dari yang irama musikalisasi-nya slow, sampe yang nyanyi teriak-teriak gak jelas, dan terangkum dalam beragam jenis karakter musik. Luar biasa…..

Olahraga

Gak perlu berpanjang, seluruh keluarga hobi berat aktifitas fisik. Pengaruh paling kentara, jelas, ini keluarga “GIBOL”. Gila Bola.

Jaman dahulu, aku begitu menikmati perjalanan diatas bis, terutama yang bertingkat (masih ada gak ya, bis begini ??? ), apalagi saat aku, baru bisa baca, sampai papa & mama, capek nyautinnya, apa aja aku tanyain. Rute mana yang dipilih ? bebas. Tidak terikat. Sepertinya, ini menurun ke Andra, saat ini, apa saja, Andra Tanya ke Aku atau Ibunya.

Aktifitas mengasyikannya lagi, perkenalan aku kepada bangunan yang namanya “Museum” atau “Taman Makam Pahlawan” atau “Planetarium” atau “Bioskop”, dan beragam tempat lainnya. Dan jelas, aktifitas ini, memperkuat kepercayaan diri, menambah jam terbang aku sebagai seorang anak dalam masa pertumbuhan, kebiasaan seperti ini, secara tidak sadar, juga sudah aku turunkan kepada Andra.
Betapa luarbiasanya pengaruh ini, hingga aku pernah berkeinginan keras, untuk menjadi “arkeolog” (ini mungkin juga ada karena pengaruh tontonan film “Indiana Jones”) atau obsesi aku yang tak berkesudahan akan alat yang namanya “teleskop” atau maniaknya aku akan buku bertemakan sejarah.

Nah kawan, pastilah memori masa lalu, ternyata, berpengaruh besar, terhadap apa yang sudah kita capai hari ini dan apa saja hal-hal yang mau kita rebut di masa depan.

Salam Hangat,
Widdi